Nama : Adiza
Larasati
NPM :
2B216913
Kelas :
4eb31(Transfer)
Tugas : Etika
Profesi Akuntansi # (TUGAS 2)
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT
SAMPOERNA
A.
Profil
PT Sampoerna
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (perusahaan)
didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris
Anwar Mahajudi, S.H., Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat
Keputusan No. J.A.5/59/15 tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 Nopember 1964, Tambahan No.
567. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna (IDX: HMSP) adalah perusahaan rokok terbesar
ketiga di Indonesia. Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki
keluarga Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah
tangan ke Philip Morris, perusahaan rokok terbesar di dunia dari AS, mengakhiri
tradisi keluarga yang melebihi 90 tahun. Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini
meliputi industri dan perdagangan serta investasi saham pada
perusahaan-perusahaan lain.
Kegiatan
produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913 di Surabaya
sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini
diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatscapij Sampoerna. Perusahaan
berkedudukan di Surabaya dengan kantor pusat yang berlokasi di jl. Rungkut
Industri Raya di Surabaya, Pandaan, Malang, dan Kerawang. Perusahaan juga
mempunyai kantor korporasi di Jakarta. Pada akhir tahun 2007, jumlah karyawan
PT HM Sampoerna Tbk. dan anak perusahaan mencapai sekitar 30 ribu orang.
Perseroan mengoperasikan lima pabrik rokok di Indonesia, yakni satu pabrik
sigaret kretek mesin berlokasi di Pandaan, tiga pabrik sigaret kretek tangan
berlokasi di Surabaya dan satu di Malang. Pada tahun 2007, PT HM Sampoerna Tbk.
juga menjalin kerja sama dengan 37 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang
memproduksi sigaret kretek tangan di berbagai wilayah di pulau Jawa. Ke-37 MPS
tersebut mempekerjakan hampir 65 ribu karyawan. Perseroan menjual dan
mendistribusikan rokok melalui 59 kantor penjualan anak perusahaannya--PT
Perusahaan Dagang dan Industri Panamas (“PT Panamas”)--dan melalui agen-agen
rokok yang tersebar di Indonesia. Sejak bulan Februari 2005, PT Panamas
ditunjuk sebagai distributor oleh PT Philip Morris Indonesia untuk menjual dan
mendistribusikan rokok putih merek Marlboro dan merek-merek lainnya. Selain PT
Panamas, Perseroan juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang kegiatan
usahanya mendukung usaha produksi dan pemasaran rokok Perseroan, antara lain PT
Handal Logistik Nusantara, yang bergerak dalam jasa ekspedisi dan pergudangan,
dan PT Sampoerna Printpack, yang bergerak dalam bidang percetakan dan industri
produk kemasan.
Pada
tanggal 31 Desember 2009, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan anak perusahaan
bersama-sama disebut “Grup”, karena memiliki kurang lebih 28.300 orang karyawan
tetap. Pada tahun 1990 perusahaan melakukan penawaran umum saham sebanyak
27.000.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp.1000 (Rupiah penuh) per saham
melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp.12.600 (Rupiah
penuh) per saham. Sejak saat itu, perusahaan telah melaksanakan
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan modal saham.
Perhitungan dalam Analisis Laporan Keuangan (dalam jutaan rupiah)
1. Total Sales 2013 (Pendapatan Neto) = Rp 75.025.207
2. Total Assets 2013 = Rp. 27.404.594
3. Earning Power (Noi / OA) = Rp 14.509.710 / Rp 4.708.669 = 3,08148 = 308.148 %
(caranya Laba sebelum pajak / Other Assets)
4. Rate of Return for the Owners = Rp 10.807.957 / Rp. 438.300 = 24,65881 = 2465.881%
(caranya Laba setelah pajak / Modal Saham)
B. Analisis Laporan Keuangan
Pada penulisan ini akan dijelaskan tentang cara analisis
laporan keuangan menggunakan rasio likuiditas, Rasio Profitabilitas dan Rasio
Solvabilitas guna mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Berikut adalah data dari PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
berupa Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laporan Laba Rugi 31 Desember
2012 dan 2013.
- Laporan Posisi Keuangan PT Hanjaya Mandala Sampoerna:
- Laporan Laba Rugi PT Hanjaya Mandala Sampoerna:
- Current Ratio(CR)
Current Ratio merupakan rasio likuiditas. Current Ratio yaitu kemampuan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio ini paling sering
digunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang jangka pendek total, karena
mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek yang dapat dipenuhi
oleh aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas dalam periode yang hampir sama
dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut (Murti, 2011).
Aktiva lancar yang dimaksud terdiri dari kas, surat
berharga, piutang dagang, dan persediaan sedangkan kewajiban lancar terdiri
dari utang dagang, wesel bayar jangka pendek ; utang jangka panjang yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pajak penghasilan yang terutang, dan
beban-beban lain yang terutang (terutama gaji dan upah).
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek (Sartono,
2001). CR merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar. CR dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : (Prastowo, 2011)
CR = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Current ratio yang rendah biasanya dianggap
menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas dan sebaliknya jika perusahaan
yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus,
karena menunjukkan banyaknya dana yang menganggur pada akhirnya dapat
mengurangi kemampuan laba perusahaan (Murti, 2011). Current ratio yang tinggi bisa disebabkan oleh
kondisi perdagangan yang kurang baik atau manajemen yang yang bobrok. Dalam
masa resesi pihak manajemen mungkin enggan mengganti barangnya. Dengan
demikian, persediaan barang dan utang dagang ditekan sampai tingkat yang paling
rendah, atau saldo piutang yang terlalu besar karena adanya kebijakan kredit
dan penagihan yang kurang efektif.
Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai
berikut :
Tahun 2012
:
Tahun 2013:
CR = 21.128.313.000.000
CR = 21.247.830 000.000
11.897.977.000.000
12.123.790.000.000
= 1,78 : 1 atau
178%
= 1,75 : 1 atau 175%
Berarti Kemampuan untuk membayar utang yang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancer. Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh aktiva
lancar Rp 1,78 pada tahun 2012 dan Rp 1,75 pada tahun 2013.
- Definisi Return on Assets (ROA)
Return on assets merupakan rasio
profitabilitas. Return on assets juga sering
disebut sebagai Return on Investment (ROI). Return on Assets mengukur kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat
kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya dan dapat dibandingkan dengan tingkat
bunga bank yang berlaku (Prastowo, 2011).
Return on Assets (ROA) atau sering
disebut Return on Investment (ROI). ROI merupakan
salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan
(Sunardi, 2010). Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan yang
diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net operating income)
dengan jumlah investasi atau aktiva (net operating assets)
yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
ROA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
ROA= Keuntungan Neto sesudah pajak
Jumlah Aktiva
ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih
setelah pajak dan total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak (Stella,
2009). Hal ini akan menarik investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut.
Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai
berikut :
Tahun
2013:
Tahun 2012:
ROA = 10.807.957.000.000
ROA = 9.805.421.000.000
27.404.594.000.000
26.247.527.000.000
= 0,39 atau
39%
= 0,37 atau 37%
Artinya, perusahaan berada pada zona
aman. Karena, menurut surat ketetapan BI No.23/67/KEP/DIR nilai
batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah 1% maka perusahaan
berada di zona tidak aman.
- Definisi Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equiy Ratio merupakan rasio solvabilitas
atau financial leverage ratio yang menggambarkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya
(Prastowo, 2011). Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang
dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan
rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.
DER merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki
perusahaan dengan total ekuitasnya. DER dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut :
DER = Total Utang
Total Modal Sendiri
DER yang terlalu tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga
semakin berat (Stella,2009). DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham, DER yang terlalu tinggi
mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang
semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan
mengurangi keuntungan (Hernendiastoro, 2005).
Pada PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk diketahui sebagai
berikut :
Pada Tahun
2012:
Pada Tahun 2013
DER =
12.939.107.000.000
DER = 13.249.559.000.000
13.308.420.000.000
14.155.035.000.000
= 0,97 : 1 atau
97%
= 0,94 : 1 atau 94%
Artinya, Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Pada tahun 2012 Rp 97,00 dari setiap
rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang dan pada tahun 2013 Rp 94,00 dari
setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.
Pada buku The Investing Policy (TIP), penulis mengatakan
bahwa batas kewajaran utang suatu perusahaan adalah maksimal tiga kali dari
modalnya, atau DER-nya 300% dan dengan catatan utang-utang tersebut bukan
merupakan utang ‘berbahaya’.
KESIMPULAN
Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasiyang cukup penting untuk mengambil keputusan yang bersifat ekonomi.
Analisa laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai
alat dan teknik analisa pada laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka
untukmemperoleh ukuran-ukuran dan hubungan yang berarti dan berguna
dalam proses pengambilan keputusan.
Current Ratio yaitu kemampuan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Rasio ini paling sering
digunakan untuk mengukur kemampuan membayar hutang jangka pendek total, karena
mununjukkan seberapa besar tuntutan kreditur jangka pendek yang dapat dipenuhi
oleh aktiva yang diharapkan dapat menjadi kas dalam periode yang hampir sama
dengan masa jatuh tempo tuntutan tersebut (Murti, 2011).
Return on Assets (ROA) atau sering
disebut Return on Investment (ROI). ROI merupakan
salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan
(Sunardi, 2010). Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan yang
diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net operating income)
dengan jumlah investasi atau aktiva (net operating assets)
yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
Debt to Equiy Ratio merupakan rasio solvabilitas
atau financial leverage ratio yang menggambarkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya
(Prastowo, 2011). Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang
dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan
rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.