Nama : Adiza Larasati
NPM : 2B216913
Kelas : 4EB31(Transfer)
Tugas : Etika Profesi Akuntansi # (TUGAS 3)
ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN
PT. ACE
HARDWARE INDONESIA TBK
A. Sejarah Singkat PT ACE HARDWARE
ACE
Hardware adalah salah satu perusahaan yang memproduksi perabot terkemuka di
Amerika Serikat. ACE Hardware pertama kali didirikan pada pada tahun 1924 oleh
Richard Hesse, E. Gunnard Lindquist, Frank Burke, dan Oscar Fisher. Perusahaan
ini bermarkas di kota Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
Ace Stores Inc didirikan
untuk memusatkan kegiatan jual-beli sejak tahun 1928. Setelah salah satu
pendirinya, Hesse pensiun tahun 1973, ACE kemudian dijual kepada retailer dan
menjadi koperasi. Dengan ini pemilik independen menjadi agen-pemilik dan
pemegang saham di perusahaan karena ini merupakan co-sponsorship (co-op) dan
bukan merupakan waralaba (franchise). Dengan sistem ini setiap toko Ace
Hardware terlihat berbeda dengan toko lainnya.
Sejak
tahun 1997, ACE Hardware telah berkembang menjadi salah satu jaringan produsen
perabotan rumahan terkemuka dengan 39 cabang nasional. ACE Hardware dan
sekarang telah diperluas dengan tiga ACE Builders Centers dan masih terus
berkembang.
Produk
utama ACE Hardware dapat disimpulkan dalam lima kategori barang rumah, antara
lain Paints and Sundries, Perlistrikan dan Saluran Air, Hardware and Power Tools,
Bahan material bangunan, dan Outdoor Merchandising. ACE merupakan afiliasi dari
perusahaan SM Group. Di Indonesia sendiri, ACE telah dibuka di Living World
Mall Alam Sutera yang terletak di Tangerang Selatan yang dibangun di atas tanah
seluas 14.695 meter persegi. Hingga tahun 2011, total terdapat 52 toko
ACE yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
B. Analisis Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio yang biasa digunakan yaitu:
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio yang biasa digunakan yaitu:
a.
Current Ratio
Current
ratio (rasio lancar) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar
dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar dengan memakai hutang lancar. Rasio lancar yang ideal adalah 200% atau 2:1. Artinya, jumlah aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.
dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar dengan memakai hutang lancar. Rasio lancar yang ideal adalah 200% atau 2:1. Artinya, jumlah aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.
Rumus:
Analisis:
Dilihat dari perhitungan current ratio, pada tahun 2016
setiap hutang lancar Rp. 100,- dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 726,- Artinya
perusahaan memiliki kemampuan yang cukup baik untuk membayar hutang lancarnya dengan asset lancar yang
tersedia. Hal ini di tunjukkan tingkat rasionya
yang melebihi 200% yang merupakan standar rasio
cepat yang baik.
b.
Quick Ratio
Dengan
rasio cepat berarti likuiditas perusahaan diukur dengan menggunakan unsur-unsur aktiva lancar yang likuid, dengan cara
tidak mempertimbangkan yangkurang likuid seperti persediaan. Rasio cepat
yang ideal adalah 100%, yaitu dianggap cukup memuaskan di dalam perusahaan, apabila kurang dari 100% maka
dianggap kurang baik dalam tingkat
likuiditasnya.
Rumus:
Analisis:
Dilihat
dari perhitungan quick ratio, perusahaan memiliki kemampuan yang
cukup baik untuk membayar hutang lancarnya dengan asset yang lebih
likuid. Karena angka quick ratio perusahaan
masih di atas 100%, artinya perusahaan
masih memiliki kemampuan yang cukup baik.
c.
Cash Ratio
Cash
ratio digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan surat berharga
yang segera dapat diuangkan. Rasio ini
menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total utang lancar. Tidak terdapat standar khusus pada rasio kas
sehingga penilaiannya tergantung
kebijakan perusahaan.
Rumus:
Analisis:
Dilihat
dari perhitungan cash ratio pada tahun 2016 , rasio kas perusahaan
mencapai 100% yang artinya persahaaan memiliki uang tunai
yang cukup untuk melunasi utang lancarnya. Artinya perusahaan masih memiliki
kemampuan yang cukup baik.
d.
Working Capital to Total Asset Ratio
Working Capital to Total Asset (WCTA) Ratio adalah Rasio yang
mengukur likuiditas dari total aktiva dan pasar modal kerja neto dari jumlah
aktiva.
Rumus:
2. Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Salah
satu pengukuran rasio profitabilitas ialah Net Profit Margin. Net Profit Margin merupakan keuntungan penjualan setelah
menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Net Profit Margin mengukur
sejauh mana kemampan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu.
Rumus:
Analisis:
Pada tahun 2016
setiap Rp. 100,- penjualan yang dilakukan atas aset perusahaan mampu
menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 14,3,- . Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan baik.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan keefektifan
sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan
dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Salah satu pengukuran
rasio aktivitas ialah Total Asset Turnover. Total Asset
Turnover merupakan
rasio yang megukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun
pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Rumus:
Analisis:
Total
assets turnover digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan dana yang
tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan pendapatan.semakin
tinggi total assets turnovernya maka akan semakin baik.artinya perusahaan
menciptakan penjualan yang cukup tinggi terlihat pada kemampuan aset tetap yang
dimiliki perusahaan.
4. Rasio Leverage
Rasio leverage
digunakan untuk mengindikasi pengembangan yang diekspos perusahaan atas risiko
keuangannya. Salah satu pengukuran rasio leverage ialah Total Debt to Total Assets. Total Debt to Total Assets merupakan
bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin kewajiban (hutang).
Rumus:
Analisis:
Debt
ratio berguna untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh hutang. Dilihat dari perhitungan debt to total assets ratio, komposisi
hutang terhadap total asset
relative aman karena masih dibawah 100%, yang artinya jumlah hutang
jauh lebih rendah dari total asset.
C. Cost Of Capital (Biaya Modal)
Biaya Modal
(COC) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba
ditahan untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan
besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya
riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Komponen biaya modal terdiri dari :
1. Cost of Debt (Biaya Hutang)
Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang
harus diterima dari suatau investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor
terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh
dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan Kd atau
Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang
atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
ki = k(1 - t)
Dengan cara
lain, cost of debt bisa ditentukan dengan rumus :
ki
= Ct / I0 (1 – t)
Keterangan :
Ki : biaya utang
Ct : biaya modal utang konstan
I0 : arus kas penerbitan surat berharga
K : internal rate of return or yield
T : marginal tax rate
Karena pada PT. ACE HARDWARE tidak terdapat hutang obligasi maka misal
dapat diambil contoh sebagai berikut:
Apabila perusahaan dapat menjual obligasi dengan jangka waktu 20 tahun
dengan coupon rate sebesar 9%, coupon rate dan nilai arus kas bersih atau
(after underwriting expenses) sebesar Rp1.000.000,- dengan nilai obligasi
sebesar Rp1.000.000,- , nilai k diperkirakan 9%. Dengan asumsi tarif pajak 30%,
maka berapa besarnya biaya modal utang.
Jawab :
ki
= k(1 – t)
ki
=9% (1 – 0,3) = 6,3%
Biaya hutang ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost).
Dalam menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (after-tax
cost debt).
Biaya hutang sesudah pajak =
Biaya hutang sebelum pajak x (1 - tingkat pajak)
2. Cost of Preferred Stock (Biaya Saham Preferen)
Biaya modal dari saham preferent (cost of preferred stock) merupakan
fungsi dari besarnya dividen yang ditentukan. Oleh karena saham preferen tidak
memiliki jatuh tempo.
Biaya saham preferensi
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
KP = DP/PN
Dimana:
KP : Biaya saham preferen
Dp : Deviden saham preferen
Pn :Harga saham preferen bersih
yang diterima (harga setelah dikurangi
flotation cost)
3.
Cost of Equity (Saham Biasa dan Laba ditahan)
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi
biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal
saham biasa saja. Biaya modal ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba
ditahan untuk investasi. Rumusnya sebagai berikut:
r s = D1 /
P0 + g
Dimana :
rs : Biaya modal ekuitas
D1 : Deviden saham yang
diharapkan pada tahun pertama
P0 : Harga saham saat ini
g : Tingkat pertumbuhan
·
Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning)
Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang
disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Dasarnya
adalah prinsip opportunity cost.
Jika laba tidak ditahan, laba tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba tersebut ditahan
berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi
haknya ke perusahaan (flow back fund).
Ada tiga cara menaksir biaya modal laba ditahan:
a. Pendekatan CAPM
Ks
= bunga bebas risiko + premi risiko
Ks
= krf + bi (km – krf)
Dimana:
Ks : tingkat keuntungan yang disyaratkan
pada saham perusahaan I,
Krf : bunga bebas risiko
Km : tingkat keuntungan yang disyaratkan pada
portofolio pasar
Bi : beta saham perusahaan i.
b. Pendekatan discounted cash flow
Model yang
digunakan untuk estimasi adalah Gordon Model:
D1
Po =
———–
Ks – g
Maka,
D1
Ks = ———– + g
Ks = ———– + g
Po
D1 : Deviden akhir periode
Po
: Harga saham awal periode
g
: tingkat pertumbuhan deviden.
c. Pendekatan bond yield plus risk premium
Ks = tingkat
keuntungan obligasi perusahan + premi risiko
·
Biaya Saham Biasa Baru (Cost
of New Common Stock)
Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya modal laba
ditahan, karena penjualan saham baru memerlukan biaya emisiatau flotation
cost. Biaya emisi akan mengurangi penerimaan perusahaan dari
penjualan saham.
D1
Ksb =
—————– + g
Po (1 –FC)
Dimana:
Ksb : biaya saham biasa baru
FC : flotation cost
4.
Weighted Average Cost of Capital/WACC (Biaya
Modal Rata-Rata Tertimbang)
Biaya
keseluruhan dari permodalan korporasi adalah rata-rata tertimbang dari setiap
biaya modal, dengan menimbang proporsi dari setiap tipe penggunaan modal, yaitu
seperti berikut ini.
Rumus:
WACC = Wd . kd (1
– T) + Ws . Ks
Dimana:
WACC : Biaya
modal rata-rata tertimbang
Wd :
Proporsi hutang dalam struktur modal
kd :
Biaya hutang (cost of debt)
Ws : Proporsi
saham biasa dalam struktur modal
Ks : Tingkat pengembalian
yang diinginkan investor
LAMPIRAN:
Sumber:
https://profil.merdeka.com/mancanegara/a/ace-hardware/
https://text-id.123dok.com/document/6qm3o47y-analisis-laporan-keuangan-pt-ace-hardware-indonesia-tbk-yang-terdaftar-di-bursa-efek-indonesia.html
http://www.acehardware.co.id/id/about/page/financial_reports/86